Apakah kamu pernah merasa lebih sering ke toilet, mengalami kram perut, atau perubahan bentuk feses saat menstruasi? Fenomena ini sering disebut “period poops” — dan sebenarnya, hal ini sangat umum terjadi. Perubahan pola buang air besar selama haid disebabkan oleh perubahan hormon yang memengaruhi kerja usus.
1. Peran Hormon dalam Sistem Pencernaan
Penyebab utama dari “period poops” adalah hormon, terutama prostaglandin dan progesteron.
Menjelang dan selama menstruasi, tubuh memproduksi prostaglandin, yaitu zat mirip hormon yang membantu rahim berkontraksi untuk meluruhkan lapisan endometrium. Namun, prostaglandin tidak hanya bekerja di rahim — ia juga dapat memengaruhi otot polos di usus.
Ketika kadar prostaglandin tinggi, usus dapat berkontraksi lebih cepat, menyebabkan buang air besar lebih sering, feses lebih lunak, dan kram perut.
Sebaliknya, pada fase luteal (sekitar dua minggu sebelum haid), kadar progesteron meningkat dan memperlambat pencernaan. Hal ini bisa menyebabkan perut kembung dan sembelit. Begitu kadar progesteron turun dan prostaglandin naik di awal menstruasi, pencernaan justru menjadi lebih cepat.
2. Mengapa Tidak Semua Wanita Mengalaminya dengan Cara yang Sama
Tidak semua orang mengalami “period poops” dengan intensitas yang sama. Beberapa faktor yang memperburuk gejalanya antara lain:
-
Endometriosis atau IBS (Irritable Bowel Syndrome): Kedua kondisi ini membuat area panggul dan usus lebih sensitif terhadap perubahan hormon.
-
Pola makan: Kafein, makanan berlemak, dan pemanis buatan dapat mengiritasi usus.
-
Stres: Hormon stres (kortisol) dapat memperburuk gejala menstruasi dan pencernaan.
3. Cara Mengatasi “Period Poops”
a. Kurangi prostaglandin:
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dapat membantu menurunkan kadar prostaglandin, sehingga mengurangi kram dan dorongan buang air besar.
b. Jaga pola makan:
Hindari makanan pedas, berlemak, atau berkafein beberapa hari sebelum haid. Konsumsi lebih banyak serat dari buah, sayuran, dan gandum utuh untuk menyeimbangkan sistem pencernaan.
c. Minum cukup air:
Jika kamu mengalami diare, tubuh kehilangan cairan dan elektrolit. Pastikan minum air putih yang cukup agar tetap terhidrasi.
d. Kelola stres:
Olahraga ringan, yoga, atau meditasi bisa membantu menstabilkan hormon dan menenangkan sistem pencernaan.
e. Catat gejala:
Gunakan aplikasi pelacak haid untuk memahami kapan gejala ini muncul, agar kamu bisa mempersiapkan diri lebih baik.
4. Kapan Harus ke Dokter
Jika kamu mengalami nyeri hebat, diare berkepanjangan, atau feses berdarah, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Gejala ini bisa menjadi tanda adanya gangguan seperti endometriosis atau iritasi usus.
5. Kesimpulan
Perubahan buang air besar saat menstruasi adalah hal yang normal dan umum terjadi. Dengan memahami bagaimana hormon memengaruhi sistem pencernaan, kamu dapat mengantisipasi dan mengelola gejalanya agar tetap nyaman selama periode haid.
Sumber:
-
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). (2022). Dysmenorrhea: Painful periods. Diakses dari www.acog.org
-
Arafa, A., Al-Nashar, A., & Mohamed, A. (2020). The association between irritable bowel syndrome and menstrual disorders: A systematic review. Middle East Fertility Society Journal, 25(1), 1–8.
-
Bernardi, M., Lazzeri, L., Perelli, F., Reis, F. M., & Petraglia, F. (2017). Prostaglandins and pain in endometriosis.Reproduction, 154(2), R63–R76.
-
Heitkemper, M. M., Chang, L., & Doerfler, B. (2011). Hormones, the menstrual cycle, and gastrointestinal symptoms in women with IBS. American Journal of Gastroenterology, 106(12), 2190–2199.
Tinggalkan komentar