Pernahkah kamu merasakan perubahan suasana hati yang drastis menjelang menstruasi? Mood swing, mudah marah, dan bahkan depresi bisa menjadi tanda PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder). Sekilas, gejala PMDD memang mirip dengan PMS (Premenstrual Syndrome), namun gejalanya jauh lebih parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab pasti PMDD masih belum diketahui, namun diduga berkaitan dengan reaksi tubuh yang tidak normal terhadap perubahan hormon saat menstruasi. Tapi jangan khawatir, berikut tips mudah menghadapi PMDD.
Penyebab Wanita Mengalami PMDD
Penyebab pasti Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) masih menjadi misteri bagi para ahli. Namun, diduga kuat bahwa fluktuasi hormon estrogen dan progesteron menjelang menstruasi berperan penting dalam kemunculannya.
Perubahan kadar hormon ini dapat mempengaruhi serotonin, zat kimia di otak yang mengatur suasana hati. Rendahnya kadar serotonin dapat membuat wanita lebih sensitif, sehingga meningkatkan risiko PMDD.
Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, beberapa faktor dapat meningkatkan resiko wanita terkena PMDD, di antaranya:
- Riwayat keluarga dengan PMDD
- Trauma emosional atau fisik
- Riwayat depresi atau gangguan mood
- Berat badan berlebih
- Konsumsi alkohol berlebihan
- Merokok
Memahami faktor-faktor risiko ini dapat membantu wanita untuk lebih waspada terhadap PMDD dan mencari pengobatan yang tepat.
Tips Mengatasi Gejala PMDD yang Mengganggu
PMDD atau gangguan pramenstruasi, merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan PMS. Gejalanya lebih ekstrim dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari wanita. Berikut beberapa tips untuk mengatasi PMDD:
1. Mengkonsumsi Antidepresan
Obat antidepresan jenis SSRI seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem) dan sertraline (Zoloft) terbukti efektif dalam mengurangi gejala emosional, kelelahan, mengidam makanan, dan masalah tidur pada wanita dengan PMDD. Obat ini dapat diminum sepanjang bulan atau hanya pada periode antara ovulasi dan awal menstruasi.
2. Pil KB
Penggunaan pil KB tanpa jeda atau dengan jeda yang lebih pendek dapat membantu meringankan gejala PMS dan PMDD bagi sebagian wanita. Konsultasikan dengan dokter untuk menemukan pil KB yang tepat.
3. Suplemen Nutrisi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kalsium tambahan (1.200 mg per hari), vitamin B-6, magnesium, dan L-triptofan dapat membantu meredakan gejala PMS dan PMDD. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
4. Pengobatan Herbal
Chasteberry (Vitex agnus-castus) adalah suplemen herbal yang menunjukkan potensi dalam mengurangi iritabilitas, perubahan suasana hati, nyeri payudara, dan gejala lain yang terkait dengan PMDD. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efektivitasnya.
5. Perubahan Pola Makan dan Gaya Hidup
Olahraga teratur, mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, serta berhenti merokok dapat membantu meredakan gejala PMS dan PMDD. Tidur yang cukup, teknik relaksasi (seperti meditasi dan yoga), dan menghindari pemicu stres emosional juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup selama periode pramenstruasi.
Nyeri saat menstruasi memang umum terjadi. Namun, jika rasa sakitnya kian parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari, segera periksakan diri ke dokter. Bisa jadi, nyeri tersebut merupakan tanda dari kondisi medis yang lebih serius. Dokter akan membantu mendiagnosis penyebab nyeri dan merekomendasikan pengobatan yang tepat. Semakin cepat kamu berkonsultasi, semakin besar peluang untuk mengatasi masalah dan mencegah komplikasi.
Sumber:
https://www.alodokter.com/premenstrual-dysphoric-disorder
https://www.halodoc.com/artikel/pengelolaan-stres-yang-baik-bisa-membantu-mengatasi-pmdd
https://hellosehat.com/wanita/menstruasi/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd/
Tinggalkan komentar