Situs ini memiliki dukungan terbatas untuk browser Anda. Sebaiknya beralih ke Edge, Chrome, Safari, atau Firefox.

Gunakan kode FREESHIP untuk pesanan di atas IDR 90.000

Hai Nona! Unduh aplikasi pelacak menstruasi kami untuk iOS & Android untuk memahami lebih baik tentang siklus menstruasi kamu.

Alergi Makanan vs. Intoleransi Makanan: Memahami Perbedaannya

Alergi Makanan vs. Intoleransi Makanan: Memahami Perbedaannya

Alergi makanan dan intoleransi makanan adalah dua kondisi yang berbeda yang dapat mempengaruhi reaksi individu terhadap makanan tertentu. Meskipun mereka mungkin memiliki gejala yang serupa, memahami perbedaan antara kedua kondisi ini sangat penting untuk diagnosis yang tepat, pengelolaan, dan penyesuaian diet yang sesuai. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perbedaan antara alergi makanan dan sensitivitas makanan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik.

Alergi Makanan

Alergi makanan terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi secara abnormal terhadap protein tertentu yang terdapat dalam makanan tertentu. Sistem kekebalan tubuh mengidentifikasi protein-protein ini sebagai zat berbahaya, memicu respons kekebalan. Alergen makanan yang paling umum meliputi kacang tanah, kacang-kacangan, kerang, ikan, telur, susu, gandum, dan kedelai. Ketika seseorang yang alergi mengonsumsi atau bersentuhan dengan alergen, sistem kekebalan tubuh melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya, yang menyebabkan reaksi alergi. Gejala alergi makanan dapat bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat meliputi:

  1. Reaksi kulit: Gatal, ruam, eksim, atau pembengkakan pada bibir, wajah, lidah, atau tenggorokan.
  2. Gejala pernapasan: Bersin, hidung berair, hidung tersumbat, mengi, atau kesulitan bernapas.
  3. Masalah pencernaan: Mual, muntah, nyeri perut, atau diare.
  4. Efek kardiovaskular: Detak jantung yang cepat, tekanan darah rendah, atau pingsan.

Dalam kasus yang parah, alergi makanan dapat memicu reaksi alergi yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis, yang memerlukan perhatian medis segera.

Intoleransi Makanan

Intoleransi makanan, juga dikenal sebagai sensitivitas makanan, tidak melibatkan respons sistem kekebalan tubuh seperti yang terjadi pada alergi makanan. Sebaliknya, intoleransi makanan terjadi akibat kesulitan mencerna atau mengmetabolisme komponen-komponen tertentu dalam makanan, seperti laktosa atau gluten. Intoleransi makanan yang paling umum meliputi intoleransi laktosa, intoleransi gluten (penyakit celiac), dan sensitivitas terhadap aditif makanan seperti sulfida atau monosodium glutamat (MSG). Gejala sensitivitas makanan dapat bervariasi dan meliputi:

  1. Masalah pencernaan: Nyeri perut, kembung, gas, diare, atau sembelit.
  2. Sakit kepala: Migrain atau sakit kepala tegang.
  3. Masalah kulit: Ruam, eksim, atau jerawat.
  4. Kelelahan: Rasa lelah umum atau kurang energi.

Penting untuk dicatat bahwa sensitivitas makanan umumnya tidak menyebabkan reaksi parah atau mengancam jiwa seperti alergi makanan.

Perbedaan antara Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan

  1. Respons Sistem Kekebalan Tubuh: Alergi makanan melibatkan respons sistem kekebalan tubuh, sedangkan intoleransi makanan tidak memicu reaksi kekebalan tubuh.
  2. Keparahan Gejala: Alergi makanan dapat menyebabkan reaksi parah yang mengancam jiwa, sedangkan intoleransi makanan biasanya menghasilkan gejala yang lebih ringan.
  3. Waktu Munculnya Gejala: Alergi makanan seringkali menyebabkan gejala yang muncul secara langsung, sedangkan intoleransi makanan dapat memiliki timbulnya yang tertunda, sehingga sulit menentukan pemicu yang tepat.
  4. Metode Diagnostik: Alergi makanan dapat didiagnosis melalui tes tusukan kulit, tes darah yang mengukur antibodi spesifik IgE, atau tantangan makanan secara lisan. Intoleransi makanan biasanya didiagnosis melalui diet eliminasi atau tes diagnostik spesifik, seperti tes napas untuk intoleransi laktosa atau tes antibodi penyakit celiac.
  5. Pengobatan dan Pengelolaan: Alergi makanan membutuhkan penghindaran ketat terhadap alergen, dan individu mungkin perlu membawa autoinjektor epinefrin sebagai tindakan darurat jika terjadi reaksi parah. Intoleransi makanan sering melibatkan modifikasi diet, seperti menghindari atau mengurangi konsumsi makanan yang memicu sensitivitas.

Membedakan antara alergi makanan dan intoleransi makanan sangat penting bagi individu untuk memahami kebutuhan diet mereka yang spesifik dan mengelola reaksi mereka dengan efektif. Sementara alergi makanan melibatkan respons sistem kekebalan tubuh dan dapat berbahaya bagi jiwa, sensitivitas makanan umumnya merupakan reaksi non-kekebalan yang terkait dengan kesulitan mencerna komponen komponen makanan tertentu. Mencari nasihat medis, menjalani tes diagnostik yang tepat, dan bekerja dengan profesional kesehatan dapat membantu individu mengatasi kondisi terkait makanan mereka dengan lebih baik dan membuat keputusan yang terinformasi mengenai diet dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Reference:

  • Boyce, J. A., Assa'ad, A., Burks, A. W., Jones, S. M., Sampson, H. A., Wood, R. A., & Schneider, L. C. (2010). Guidelines for the diagnosis and management of food allergy in the United States: report of the NIAID-sponsored expert panel. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 126(6 Suppl), S1-S58.
  • Vighi, G., Marcucci, F., Sensi, L., Di Cara, G., & Frati, F. (2008). Allergy and the gastrointestinal system. Clinical & Experimental Immunology, 153(Suppl 1), 3-6.
  • Skypala, I. J., & Venter, C. (2009). Non-IgE-mediated food allergy. Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology, 9(3), 214-219.

Tinggalkan komentar

Use coupon code WELCOME10 for 10% off your first order.

Keranjang

Selamat! Pesanan Anda memenuhi syarat untuk pengiriman gratis Spend Rp 200.000 for free shipping
Tidak ada lagi produk yang tersedia untuk dibeli

Keranjang Anda saat ini kosong.