Pembalut menjadi salah satu kebutuhan esensial setiap wanita ketika siklus menstruasi atau keluarnya darah dari vagina tiba. Meskipun sedang haid, sebagian besar wanita harus tetap beraktivitas.
Pembalut dapat membantu para perempuan merasa nyaman saat beraktivitas selama haid dan mengurangi kekhawatiran bahwa darah akan tembus. Pembalut menjadi pilihan karena penggunaannya yang mudah, relatif murah, dan gampang didapatkan.
Namun, ternyata tidak sedikit anggapan-anggapan salah mengenai pembalut masih beredar di masyarakat. Terutama bagi pada remaja yang baru pertama kali menggunakan pembalut.
Untuk lebih tahu lebih jauh soal pembalut, yuk simak 6 fakta soal pembalut wanita mulai dari sejarah hingga mitos-mitosnya pada ulasan berikut ini!
Baca juga Jenis-Jenis Pembalut Wanita
6 Fakta Tentang Pembalut Wanita
-
Sejarah terciptanya pembalut
Melansir Femme International, pembalut menstruasi telah disebutkan dalam sejarah pada awal abad ke-10 di Yunani Kuno. Berawal dari seorang wanita yang melemparkan salah satu kain menstruasi bekasnya ke seorang pengagum untuk menyingkirkannya.
Pembalut di era modern ini kebanyakan terbuat dari material sintetis yang melalui proses pemutihan. Sebelum pembalut sekali pakai modern ditemukan, pada saat itu perempuan memakai kain lap, kapas, atau wol dari domba di pakaian dalam mereka untuk menyerap darah haid.
Selain itu, wanita terdahulu juga mengenakan bantalan rajutan, bulu kelinci, bahkan rumput untuk menangani menstruasi. Sementara, pembalut sekali pakai pertama kali dipikirkan oleh perawat.
Konon katanya, perawat itu mencari metode baru untuk menghentikan pendarahan yang berlebihan terutama saat di medan perang. Kemudian, pembalut pertama dibuat dari bubur kayu oleh perawat di Prancis.
Pembalut tersebut diklaim sangat menyerap, cukup murah, dan dapat dibuang setelah digunakan. Pabrikan komersial meminjam ide ini dan menjual pembalut sekali pakai pertama pada awal 1888 yang disebut dengan “The Southball Pad.”
-
Masuknya pembalut wanita ke Indonesia
Di Amerika, Johnson & Johnson mengembangkan pembalut versi mereka sendiri pada 1896 yang disebut Lister's Towel: Sanitary Towels for Ladies. Namun masalahnya, wanita merasa tidak nyaman atau malu untuk membeli produk ini, terlebih penjualnya laki-laki.
Pada awal 1920-an namanya diubah menjadi Nupak, nama yang tidak menggambarkan produk tersebut. Sayangnya, harga pembalut yang tersedia saat itu dianggap terlalu mahal bagi kebanyakan perempuan. Mereka pun terus menggunakan metode yang lebih tradisional. Di sisi lain, butuh beberapa tahun agar pembalut menstruasi sekali pakai menjadi hal yang biasa. Sebab, diceritakan juga, jika memungkinkan, perempuan diperbolehkan memasukkan uang ke dalam kotak agar tak perlu berbicara dengan petugas dan mengambil sendiri pembalut Kotex dari konter.
Tidak diketahui kapan pastinya pembalut muncul di Indonesia. Dilansir dari laman Softex Indonesia, PT Mozambique telah beroperasi di Jakarta Barat dan memasarkan produk pembalut dengan merek Softex sejak 1976. Perusahaan itu kemudian beralih nama menjadi PT Softex Indonesia. Kini, sudah ada beragam merek pembalut di Tanah Air.
-
Apakah pembalut harus dicuci setelah dipakai?
Kamu termasuk orang yang mencuci pembalut sebelum dibuang? Terdapat pro dan kontra mengenai apakah pembalut bekas pakai harus dicuci terlebih dahulu atau bisa langsung dibuang.
Melansir Kompas, dr. Susie Rendra, SpKK dari Rumah Sakit Pondok Indah, menyebut kalau mencuci pembalut sekali pakai sebelum dibuang sama sekali tidak perlu dicuci. Dia menjelaskan, fungsi pembalut ialah menampung darah kotor. Sifatnya yang “disposable” atau dapat dibuang, memungkinkan pembalut dapat dibuang setelah digunakan.
-
Benarkah pembalut bisa kadaluarsa?
Ternyata pembalut wanita juga dapat kadaluwarsa. Menurut UNICEF, umur simpan produk pembalut umumnya maksimal tiga tahun dari tanggal produksinya.
Kamu bisa mengecek kemasan pembalut untuk mengetahui tanggal kadaluwarsa atau “expiry date” (EXP). Jika EXP tidak dicantumkan, kamu bisa melihat tanggal produksi atau “manufacturing date” (MFD) di kemasan produk pembalut.
Kamu dapat menghitung umur simpan produk pembalut, yaitu tiga tahun sejak tanggal produksi. Jika pembalut sudah lebih dari tiga tahun dari tanggal produksi yang tercantum, kamu sebaiknya tidak menggunakan produk ini karena berisiko bahaya.
Selain dari tanggal kadaluwarsa, kamu juga perlu memperhatikan kelayakan kondisi pembalut yang akan dipakai. Jangan membeli atau menggunakan pembalut yang kemasannya rusak karena berisiko pembalut kotor atau terkontaminasi bakteri yang masuk.
-
Cara membuang pembalut wanita yang tepat
Jangan membuang sampah sembarangan, apalagi pembalut bekas pakai. UNICEF menyatakan, pembalut sekali pakai harus dibuang setelah digunakan.
Sebelum dibuang, pembalut dibungkus dengan kertas atau kantung plastik, baru kemudian masukkan ke tempat sampah. Jangan membuang pembalut di lubang jamban atau kloset karena dapat menyebabkan lubang jamban atau kloset tersumbat.
-
Sangat disarankan ganti pembalut setiap 4-5 jam
Menurut UNICEF, pembalut sebaiknya diganti setiap 4-5 jam sekali. Penggantian bisa lebih sering apabila darah yang keluar lebih banyak.
Kemudian, ada waktu yang dianjurkan untuk mengganti pembalut bagi anak perempuan usia sekolah, antara lain saat mandi pagi, saat di sekolah, setelah pulang sekolah, saat mandi sore, dan sebelum tidur.
Pembalut harus sering diganti untuk mencegah infeksi saluran reproduksi, saluran kencing, dan iritasi kulit. Ingat ya untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
Baca: Pembalut Wanita Yang Aman Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia
Nah, itu dia beberapa hal yang harus kamu ketahui mengenai pembalut wanita. Ingat ya kamu harus selalu mengutamakan kesehatan dan kebersihan agar kamu dan orang lain tidak mudah sakit atau tertular penyakit.
Jangan lewatkan Produk Kesehatan Wanita Organik dari Nona Woman:
Tinggalkan komentar